LAPORAN KAS BULAN JULI 2018
RT 4 RW 2 KELURAHAN BANDAR KIDUL
SEJARAH PENSYARIATAN
IBADAH QURBAN
Oleh Iskandar
Zulkarnaen
Sumber : https://www.rumahzakat.org/sejarah-pensyariatan-ibadah-qurban/
Pada dasarnya ibadah qurban telah dilakukan ketika manusia
pertama yaitu Nabi Adam hadir di dunia. Pada waktu itu Allah memerintahkan kepada dua orang anak nabi Adam
untuk melakukan ritual qurban. Salah satu anak nabi adam yaitu habil,
memberikan persembahan terbaik untuk diqurbankan, sedangkan kobil mendatangkan
hasil dari pertaniannya yang sudah rusak dan busuk yang menunjukan ketidak
ikhlasannya dalam melakukan ritual qurban yang diperintahkan Allah , yang
menyebabkan tidak diterimanya qurban yang dilakukannya, sedangkan yang diterima
adalah ritual qurban yang dilakukan habil, dan apa yang dilakukan habil
menunjukan keikhlasan dalam melaksanakan perintah qurban yang menjadikan
qurbannya diterima disisi Allah.
Namun pelaksanaan qurban yang dilakukan oleh kedua anak Nabi
Adam tersebut bukan merupakan landasan disyariatkannya penyembelihan hewan
qurban dalam Islam, tapi landasannya adalah sejarah qurban Nabi Ibrahim AS.
Melalui sebuah mimpi, Allah telah
memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya dari Hajar yaitu Nabi
Ismail. Peristiwa ini merupakan gambaran cinta yang tulus dan ketaatan yang
tinggi seorang hamba kepada Rabbnya sampai merelakan anaknya sendiri untuk
dikorbankan demi menjalankan perintah Rabbnya, karena ia sendiri yakin bahwa
Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang
dan Allah Maha Adil sehingga ia yakin
bahwa Allah tidak akan mencelakakan dan
mendhalimi hamba-Nya.
Dan semua itu terbukti, ketika Nabi Ibrahim bersiap-siap
untuk menyembelih anaknya, seketika Allah
mengirimkan seekor qibas yang menggantikan Nabi Ismail. Kisah ini
diceritakan dalam Alqur’an surat Ash-Shaaffaat ayat 102 – 109 : “Maka tatkala
sang putra itu berumur dewasa dan bisa berusaha bersama Ibrahim, Ibrahim
berkata: “Hai anakku, sesungguhnya aku bermimpi aku menyembelihmu, maka
pikirkanlah bagaimana pendapatmu!”. Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa
yang diperintahkan kepadamu; insya Allah
kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim
membaringkan anaknya atas pelipisnya, Kami berseru dan memanggilnya: “Hai
Ibrahim, sesungguhnya kamu telah meyakini mimpi kamu itu. Sesungguhnya
demikianlah, Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ini benar-benar merupakan ujian yang nyata. Dan Kami tebus putra
itu dengan seekor (kambing) sembelihan yang besar. Dan Kami abadikan untuk
Ibrahim itu (pujian baik) di kalangan orang-orang yang datang
kemudian.kesejateraan dilimpahkan atas Ibrahim”. (QS. Ash-Shaaffaat, ayat
102-108).
Apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim untuk menjalankan
perintah Allah tersebut bukan berarti
tidak ada hambatan. Musuh terbesar ummat manusia yaitu setan dan iblis selalu
berusaha mengodanya, namun beliau tetap tegar dan bersabar, lalu beliau
melempari setan dan iblis dengan batu-batu kerikil, yang akhirnya kisah ini
masuk kedalam rangkaian pelaksanaan
ibadah haji disaat idul qurban yang terkenal dengan sebutan melempar jumroh.
Itulah kecintaan dan ketaatan Nabi Ibrahim kepada Rabbnya
yang dibuktikan dengan menjalankan perintah-perintah Allah walaupun perintah tersebut sangat berat dan
harus mengorbankan seorang anak yang dicintainya. Itulah ujian yang Allah berikan kepada Nabi Ibrahim untuk
memperlihatkan kepada kita tentang kecintaan dan ketaatannya kepada Allah melebihi kecintaannya kepada materi dan
keduniaan, baik itu harta, anak ataupun istri.
Sebelumnya Allah juga telah menguji Nabi Ibrahim yang sudah
berusia lanjut namun belum juga dikaruniai seorang anakpun. Akhirnya sang
istri, yaitu Sarah menyarankan suaminya untuk menikah lagi. Kemudian menikahlah
Nabi Ibrahim dengan Hajar, seorang wanita shalihah yang dipilihkan oleh Sarah.
Tidak lama setelah itu hajarpun hamil, yang diikuti dengan hamilnya Sarah,
istri pertama Nabi Ibrahim. Saat-saat yang ditunggu Nabi Ibrahim pun akhirnya
terwujud dengan lahirnya Nabi Ismail.
Namun ujian Allah
terhadap hambanya yang shaleh Nabi Ibrahim tidak sampai disitu. Setelah
kelahiran Nabi Ismail Allah menguji Nabi Ibrahim dengan memerintahkannya
untuk pergi meninggalkan istri dan anaknya yang masih mungil disebuah daerah
yang sangat gersang, yaitu lembah Baka (lembah air mata). Lembah tersebut
adalah lembah yang terkenal dengan kegersangannya dan tidak ada sebatang
pohonpun yang tumbuh serta tidak ada air. Sehingga dikatakan bahwa setiap orang
yang ada dilembah tersebut pasti akan menangis. Maka disebutlah lembah tersebut
dengan lembah baka yang artinya lembah air mata.
Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa Hajar bertanya kepada
Ibrahim sampai tiga kali, perihal ditinggalkannya ia dan anaknya di lembah
tersebut. Hajar berkata,”Wahai Suamiku, apakah yang engkau lakukan ini perintah
Allah “.Nabi Ibrahim menjawab “Benar, ini adalah perintah Allah”. Hajar
menjawab dengan tegas tanpa keraguan sedikitpun. “Kalau memang ini perintah
Allah , tinggalkanlah kami . Karena Allah
pasti akan menyelamatkan hamba-Nya dan tidak akan menyengsarakannya”.
Kemudian berjalanlah Ibrahim meninggalkan orang-orang yang
dicintainya. Namun, kecintaan Ibrahim terhadap mereka, menghentikan langkahnya
seraya berdo’a dan bermunajat kepada Allah …sang khalik yang lebih mencintai
hamba-Nya. Do’a ini diabadikan dalam Al Qur’an,
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdo`a: Ya Tuhanku,
jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari
buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: “Dan kepada orang yang kafirpun
Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan
itulah seburuk-buruk tempat kembali”. (Al-Baqarah: 126). Sedangkan tempat
berdirinya Ibrahim menjadi maqom Ibrahim dekat Baitullah.
Setelah ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim, Nabi Ismail kecil
mulai menangis dibawah terik matahari karena kehausan dan kepanasan. Hajar
sebagai seorang ibu, berusaha untuk mencarikan air bagi anaknya.Hajar kemudian
berlari-lari kecil antara dua bukit shafa dan marwah. Perjuangan Hajar ini
diabadikan dalam prosesi sa’i. Prosesi sa’i merupakan simbol kasih sayang dan
kecintaan seorang Ibu terhadap anaknya.
Itulah kisah keluarga Nabi Ibrahim yang mendapatkan berbagai
ujian dari Allah dan mereka mampu bersabar
dalam ujian tersebut. Itulah kesholehan sang Nabi Ibrahim, yang kesholehan
tersebut tidak hanya dimilikinya sendiri, tapi juga dimiliki oleh anak dan
istrinya, sehingga kesabaran dalam menghadapi ujian tidak hanya dihadapinya sendiri, tapi dihadapi oleh
sekeluarga. Dan ujian yang terberat adalah ujian penyembelihan Nabi Ismail yang
peristiwa ini diabadikan dengan ritual ibadah qurban yang dilakukan oleh
segenap kaum muslimin diseluruh dunia.***
Sumber: Buku Optimalkan Ibadah
Sumber : https://www.rumahzakat.org/sejarah-pensyariatan-ibadah-qurban/
Komentar
Posting Komentar